Yogyakarta (ANTARA) - Titik api diam di puncak Gunung Merapi semakin sering terekam dalam dua hari terakhir, kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, titik api diam terekam dari dua kamera CCTV yang dipasang di Pos Pengamatan Deles, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, serta Museum Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Titik api diam tersebut dilaporkan dapat diamati saat cuaca di puncak Merapi cerah, yaitu selama sekitar satu jam pada pukul 03.19 - 04.28 WIB.
Pada Minggu (14/11) titik api diam dapat teramati sepanjang dini hari serta pukul 17.55 hingga pukul 18.00 WIB, dan kamera CCTV dari Deles Klaten kembali merekam adanya titik api diam pada pukul 18.50 WIB.
Selain adanya titik api diam, pengamatan visual dari sejumlah pos pengamatan juga terlihat asap putih keabuan hingga kecoklatan dengan tinggi kolom asap 800 meter yang condong ke barat laut.
Masyarakat di sekitar Gunung Merapi, kata dia juga tidak lagi mendengar suara gemuruh, namun hujan abu masih terjadi di Pos Pengamatan Ketep (Jawa Tengah) sekitar pukul 06.58 WIB.
Berdasarkan data pengamatan aktivitas seismik Gunung Merapi pada Senin pagi dilaporkan terjadi empat kali gempa vulkanik, delapan kali guguran dengan gempa tremor secara beruntun, namun tidak disertai luncuran awan panas.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, luncuran awan panas terjauh terjadi di Kali Gendol yaitu mencapai 14 kilometer, Kali Bebeng (11,5 kilometer), dan Kali Boyong (10 kilometer).
Sementara itu, jarak luncur awan panas ke sungai-sungai lainnya antara lima hingga delapan kilometer.
Luncuran awan panas terpendek terjadi di Kali Trising, Kabupaten Magelang (Jateng) sejauh tiga kilometer.
Badan Geologi juga telah mengubah radius rawan bahaya letusan Gunung Merapi untuk tiga kabupaten di Jateng, yaitu Klaten dan Boyolali menjadi 10 kilometer, dan Magelang sejauh 15 kilometer, sebelumnya sejauh 20 kilometer.
Sedangkan untuk Kabupaten Sleman (DIY) tetap dipertahankan pada radius 20 kilometer.
Namun demikian, Badan Geologi masih memberikan catatan bahwa untuk daerah yang berada dalam jarak 300 meter dari bibir Kali Krasak dan Kali Woro, tetap dalam radius 20 kilometer dari puncak Merapi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Geologi telah memasang alat deteksi dini banjir lahar di tiga sungai yang berhulu di Gunung Merapi, yaitu Kali Gendol, Kali Kuning, dan Kali Boyong.
Sumber : http://id.news.yahoo.com/antr/20101115/tpl-titik-api-diam-merapi-terekam-cc08abe.html
Menurut dia, titik api diam terekam dari dua kamera CCTV yang dipasang di Pos Pengamatan Deles, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, serta Museum Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Titik api diam tersebut dilaporkan dapat diamati saat cuaca di puncak Merapi cerah, yaitu selama sekitar satu jam pada pukul 03.19 - 04.28 WIB.
Pada Minggu (14/11) titik api diam dapat teramati sepanjang dini hari serta pukul 17.55 hingga pukul 18.00 WIB, dan kamera CCTV dari Deles Klaten kembali merekam adanya titik api diam pada pukul 18.50 WIB.
Selain adanya titik api diam, pengamatan visual dari sejumlah pos pengamatan juga terlihat asap putih keabuan hingga kecoklatan dengan tinggi kolom asap 800 meter yang condong ke barat laut.
Masyarakat di sekitar Gunung Merapi, kata dia juga tidak lagi mendengar suara gemuruh, namun hujan abu masih terjadi di Pos Pengamatan Ketep (Jawa Tengah) sekitar pukul 06.58 WIB.
Berdasarkan data pengamatan aktivitas seismik Gunung Merapi pada Senin pagi dilaporkan terjadi empat kali gempa vulkanik, delapan kali guguran dengan gempa tremor secara beruntun, namun tidak disertai luncuran awan panas.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, luncuran awan panas terjauh terjadi di Kali Gendol yaitu mencapai 14 kilometer, Kali Bebeng (11,5 kilometer), dan Kali Boyong (10 kilometer).
Sementara itu, jarak luncur awan panas ke sungai-sungai lainnya antara lima hingga delapan kilometer.
Luncuran awan panas terpendek terjadi di Kali Trising, Kabupaten Magelang (Jateng) sejauh tiga kilometer.
Badan Geologi juga telah mengubah radius rawan bahaya letusan Gunung Merapi untuk tiga kabupaten di Jateng, yaitu Klaten dan Boyolali menjadi 10 kilometer, dan Magelang sejauh 15 kilometer, sebelumnya sejauh 20 kilometer.
Sedangkan untuk Kabupaten Sleman (DIY) tetap dipertahankan pada radius 20 kilometer.
Namun demikian, Badan Geologi masih memberikan catatan bahwa untuk daerah yang berada dalam jarak 300 meter dari bibir Kali Krasak dan Kali Woro, tetap dalam radius 20 kilometer dari puncak Merapi.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Geologi telah memasang alat deteksi dini banjir lahar di tiga sungai yang berhulu di Gunung Merapi, yaitu Kali Gendol, Kali Kuning, dan Kali Boyong.
Sumber : http://id.news.yahoo.com/antr/20101115/tpl-titik-api-diam-merapi-terekam-cc08abe.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar